Header Ads

Kejatuhan Waktu yang Mendera



        Prologue
        Aku menulis judul ini bukannya tanpa alasan, karena saya sendiri tidak punya waktu untuk melakukan apa yang kuinginkan dan kusukai sendiri. Aneh ya ? Banyak orang juga tidak punya waktu untuk melakukan apa yang disukainya. Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak punya waktu untuk menuliskan kisah hidupnya sendiri, mendokumentasikan dengan rapi dan detail hidupnya, diet ketat soal waktu agar bisa menelurkan karya bagi dirinya sendiri. Sebenarnya tema kejatuhan waktu bukanlah tema yang esensial, namun tidak apa aku tuliskan untuk memanaskan daya menulisku. Dan sebenarnya tidak begitu penting lagi kala orang sudah berhasil mensiasati waktu dan bisa mengontrol waktunya dalam kendalinya sendiri. Namun kebanyakan yang ada, orang-orang banyak potensi kesempatan yang dimiliki, banyak waktu luang, namun tidak diaktualisasikan untuk sesuatu yang meresahkan batinnya yaitu berkarya. Agaknya keresahan batin yang meletup-letup inilah yang mendorongku untuk mulai menuangkan ceritaku menjadi coretan-coretan hidup yang entah kecil-besar pengaruhnya, belum aku pikirkan yang penting sudah aku keluarkan dari tubuhku.
        Soal gaya menulis, jadi sebelum membaca tulisanku perlu dipahami dulu gaya menulisku berbeda dengan gaya menulis orang pada umumnya. Hal ini perlu saya sampaikan agar tidak ada salah paham dan salah memahami, perkara beda hasil informasi yang didapat itu perkara lain. Memang aku tidak nyaman dan kurang tertantang menulis dengan biasa-biasa saja/ pada umumnya. Jika pemikiran pembaca mengharuskanku menulis mengikuti kaidah-kaidah umum, maka salah besar, Anda tidak akan menemukan makna baru. Lebih baik Anda tidak perlu membaca naskah saya karena itu buang-buang waktu Anda.
        Saya memandang teks sebagai sebuah laboratorium dan ekperimen uji. Jadi dalam sebuah badan artikel yang saya tulis, di situ bukan barang jadi, melainkan di situ sebenarnya saya sedang dialektika proses dan menuju kemenjadian. Dalam teks itu sebenarnya sedang ada pembedahan besar-besaran terhadap narasi dan realitas yang tengah diteliti. Saya sedang berdiskusi dengan semua unsur yang ada di alam ini. Saya berusaha mendialektikakan berbagai unsur-unsur yang ada, memercikkan cahaya pengetahuan dalam diri, dengan bahan-bahan realitas sosial yang telah tersaji untuk dikreasi, menyoldernya ke dalam tulisan yang penuh dengan keyakinan dan kemantapan. Di dalam teks itu juga terdapat nilai praksis (aksiologi) terkait langkah-langkah pragmatis apa yang layak dilakukan untuk menuju kemenjadian, mempedulikan moral dan etika, dan mempengaruhi hasil pengambilan keputusan kita. Menarik memang menjadikan teks sebagai laboratorium uji !
        Cara saya memilih judul, bisa saja judul itu menggambarkan keseluruhan teks. Orang pada umumnya menulis judul memang berdasarkan tolak ukur ini, yaitu gambaran besar isi teks. Namun boleh dong jika saya sesekali justru menuliskan judul di luar isi teks. Lho, kan isi teks sudah diceritakan dan dijelaskan secara gamblang, buat apa dituliskan lagi ? Lalu siapa yang akan mewakili isi di luar teks yang tidak diceritakan itu ? Adakalanya teks itu menggambarkan kenyataan baik sesuai teks, maupun di luar jalur teks, semuanya kalau bisa harus terwakili supaya menjadi kenyataan yang berlangsung sekarang (pada waktu menulis). Judul tidak harus melulu ringkasan dari isi teks. Judul juga bisa menjadi pijakan awal teks, lalu tulisan selanjutnya adalah lanjutannya dan mengalir terus menuju kekinian. Contohnya saja tulisan ini, Kejatuhan Waktu adalah perasaan awal saya ketika memulai menulis tulisan ini. Selanjutnya kan belum tahu bakal seperti apa teks itu bergulir. Biarkan bola itu menggelinding. Saya menulis saja banjir ide saja sampai tak terasa berada di paragraf empat ini. Menulis teks bagi saya seperti melangkah kaki. Saya berharap akan terus melangkah maju dan mengalir, tidak hanya memutar-mutar kebingungan di satu titik. Juga pola menulis sama halnya pola bicara dan pola hidup, tidak mengharuskan selalu kembali ke tema awal. Sama seperti halnya air sungai yang menemukan arus-arus baru. Pola menulis bisa terus melaju semakin ke sini dan akan menemukan pola-pola baru, informasi baru, dan pengetahuan-pengetahuan maupun teknik/ teknologi baru yang belum ditemukan sebelumnya. Kuharap ini langkah menulis yang mencerahkan !
        Telaah Aksiologi
        Yang merasa perlu saya uraikan di sini adalah bagaimana fakta Kejatuhan Waktu itu sendiri ? Lalu bagaimana langkah aksiologis kita menghalaunya ?
        Kejatuhan Waktu merupakan fenomena yang merata, hampir semua manusia terpapar perasaan ini, yaitu manusia kalah cepat dibanding waktu. Ada fenomena orang merasa dia bahkan tidak memiliki waktu, padahal setiap hari dia menghirup dan memakai waktu. Waktu yang kita miliki adalah umur yang kita miliki. Jika di luar umur kita, berarti itu waktu yang tidak kita miliki atau di luar kendali kita. Jadi, fokuslah pada usia hidup kita, kita manage sebaiknya, kita optimalkan sesuai kapasitasnya dan kita jaga supaya bisa bernafaskan panjang.
        Banyak orang mengerjakan sesuatu hal yang kurang penting di luar keinginan dirinya, dan sedikit saja dari keinginan diri yang disempatkan untuk dijalani. Sementara, masih banyak dari kita yang membuang-buang waktu dan menyia-nyiakannya. Hingga Ajal menjemput, kita belum melakukan suatu langkah Aksi sama sekali. Orang dibuat Sibuk dikarenakan tuntutan-tuntutan modernitas, contohnya sering scroll hape hingga menghabiskan waktu sehariannya padahal jaman dulu orang bebas-bebas saja dan merdeka tanpa hp. Seumur hidup kita hanya diisi sesuatu yang nonsen tak berarti. Ada lagi orang yang melakukan pekerjaan tapi belum punya keterampilan untuk menikmati pekerjaannya. Bubrah rasanya!
        Sesuatu aktivitas berarti yang ingin dilakukan itu contohnya ingin menghabiskan waktu bersama keluarga, ingin menulis mendokumentasikan hidup, ingin berkarya kreasi di bidang masing-masing, ingin bisa mengobrol dengan intensif, bangun setiap pagi dan lari pagi,  bermain dengan peliharaan, melakukan sesuatu yang dicintai dan disukai. Hal itu semua menyenangkan, akan tetapi kenapa tidak kita lakukan ? Apakah kita enggan membuat jiwa kita bahagia ?
        Ada lagi orang yang menghabiskan waktunya untuk berfikir, sampai ia lupa menjalankan pemikirannya. Lupa cara menikmati waktu dan lupa cara bahagia. Terbiasa susah, jadi susah juga untuk diajak bahagia. Ada lagi yang terjebak rutinitas sampai ia lupa berhenti sejenak untuk menikmati waktu yang dimiliki. Yang dipikirannya hanya Kerja, Kerja, dan Kerja. Susah juga untuk diajak bahagia. Ada lagi yang mentalnya miskin sehingga menjadikan miskin sebagai idiologi dan tak senang melihat orang bahagia dengan kekayaan. Dia tidak berkembang hanya stag di situ saja. Susah juga untuk diajak bahagia.
 
        Managemen Kebahagiaan
        Problem Kejatuhan Waktu memang erat kaitannya dengan Cara Bahagia. Jangan sampai kita lupa cara untuk bahagia. Jadi, managemen waktu begitu penting. Jiwa kita mempunyai reseptor unik yang merasa terpanggil dan tersentil dengan kehadiran waktu. Kita seperti diingatkan untuk melakukan sesuatu atau ketika melewatkan sesuatu maka hati kita akan berdesir. Dalam tubuh kita sudah terinstall alarm untuk mendeteksi waktu. Fenomena alam juga mengingatkan kita akan waktu seperti gerak semu harian matahari untuk menghitung hari dan gerak bulanan rembulan untuk menghitung bulan. Melihat bayang-bayang dan kehadiran sesuatu benda juga menyadarkan kita akan waktu. Nurani atau hati kecil kita juga sering mengingatkan jika kita harus melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Itu menjadikan kita merenungi betapa pentingnya menghargai sang waktu.
        Waktu adalah kesempatan yang dimiliki untuk melakukan sesuatu. Makanya, jangan sia-siakan kesempatan yang dimiliki karena itu tidak datang dua kali. Seperti halnya sejarah selalu unik dan tidak berulang. Kita adalah insan-insan yang aktif membentuk sejarah, bukan pasif dan terbentuk oleh keadaan. Mumpung masih hidup, ini merupakan saat kita berlaga, saat pentas kehidupan sedang dimainkan sampai tutup usia. Setelah meninggal adalah fase kita istirahat. Selama lahir dan menjalani kehidupan adalah fase kita pentas seatraktifnya. Membentuk dunia versi kita sendiri dan belajar banyak dari kehidupan. Kehidupan ibarat pohon raksasa yang menyajikan kita ilham dan lembaran-lembaran hikmah. Tinggal kita memetiknya untuk memperbaiki dan meningkatkan kehidupan kita menuju taraf yang lebih baik.
 

        Praktek Managemen Waktu
        Bagaimana langkah memulai memanagemen waktu untuk melakukan apa yang kita sukai ? Bagi yang sudah expert, mungkin ini hal yang ringan. Namun bagi pemula, ini ibarat belajar berjalan yaitu dimulai dari merangkak dan rambatan dulu. Memang tidak mudah memulai itu, juga menjaga keseimbangan ketika sistem kebiasaan sudah jalan. Namun kita harus terus melaju menuju sesuatu yang lebih positif dengan gelombang yang ajeg.
        Memulai langkah pertama yaitu mengusir alasan-alasan keengganan yang memberatkan punggung kita untuk memulai. Menihilkan ketakutan yang kita buat sendiri, dan mencopot selimut kemalasan yang menggelayuti. Langkah pertama, kedua, ketiga memang berat. Namun setelah itu kita bisa tenang dan menikmati inisiatif kita itu. Seperti halnya keinginan untuk bangun pagi, pasti mengindahkan rasa dingin, rasa butuh akan selimut, dan rasa ogah-ogahan yang menyelubungi. Jika langkah pertama itu berhasil dilakukan sehingga menjadi jalan untuk langkah kedua, ketiga dan berikutnya. Tidak ada langkah kedua, ketiga, dst, tanpa dimulai dengan langkah pertama.
        Menjadi pionir dalam berkarya adalah sesuatu hal yang berat, karena merintis sesuatu hal yang belum ada sebelumnya. Membangun budaya dan ekosistem dari nol padahal belum ada sama sekali sistem atau modal yang mendukung. Semua masih terbatas, tapi yakinlah bahwa dengan melangkah kita akan menemukan hal-hal baru dan bertemu dengan kekuatan-kekuatan baru. Merintis kebiasaan positif dan melapukkan keangkaramurkaan dalam diri, jahilnya diri.
        Jalani dan lakukan itu dengan bahagia. Niscaya stimulus kebahagiaan itu akan mengalirkan hormon-hormon kebahagiaan dalam tubuh dan antistress sehingga jalan-jalan pemikiran baru akan terbuka. Inovasi-inovasi baru akan muncul. Jalan rezeki akan terlihat untuk kita mengumpulkan modal dan kekuatan dalam berkarya dan melangsungkan kehidupan ini. Jika kita bergerak, maka jalan rezeki akan datang. Ora obah, ora mamah. Itu adalah filosofi yang ditarik dari pengalaman yang ditemukan ketika menghadapi benturan di perjalanan, sehingga kita harus terus menerus mengayunkan gerak agar dinamika kehidupan tetap lancar.
        Jika sudah menjadi kebiasaan, maka yang awalnya berat akan terasa ringan. Hormon-hormon kebahagiaan menjadikan kita ketagihan dan bahagia untuk melakukannya lagi, dan lagi. Memang ada unsur ketagihannya. Dan akhirnya menjadilah kebiasaan yang baik dan positif untuk kita lakukan. Olahraga misalnya, selain hobi yang menyenangkan juga membahagiaan. Pun kita juga tambah silaturahmi saat bertemu dengan orang lain ketika menjalani kebiasaan itu. Banyak hal yang bisa kita eksplore selanjutnya !
            Dalam memulai sesuatu, sistem terutama, yaitu mulailah dengan membuat wadahnya dulu atau ruangnya untuk kita berkreasi. Baru habis itu yaitu mengisinya dengan kebiasaan-kebiasaan yang menyenangkan untuk dilakukan setiap saat. Lama-lama, tubuh kita akan terprogram untuk menjalankan kebiasaan-kebiasaan itu. Wadah itu bisa diartikan sebagai tempat fisik, atau juga bisa diartikan dengan ruang komunitas atau event-event kebaikan untuk kita bisa mengisinya dengan kebahagiaan dan kebahagiaan.

 


        Keterampilan Men-Setting Pikiran

        Bagaimana jika ada orang yang susah bahagia ? Dia tipe pemikir sehingga energinya terkuras untuk berpikir dan lupa caranya untuk bahagia. Orang tipe ini susah untuk mengistirahatkan otaknya dan rawan banjir pikiran (overthinking). Caranya yaitu berusaha mengudar apa yang dipikirkan itu satu per satu. Tujuannya kita tidak ingin lari dari pemikiran, namun justru ingin mewujudkan pemikiran itu menjadi nyata dan lebih sehat , dan memposisikannya di tempat yang tepat. Ide-ide yang brilian jangan selamanya di kerangkeng di imajinasi semata. Kita berfikir, berimajinasi, dan membayangkan sesuatu pun dipilah-pilah supaya tidak wasting time (buang-buang waktu) karena berpikir juga menyerap waktu yang lama. Dan prosessor otak kita bekerja keras untuk menganalisisnya. Keterampilan managemen pikiran menjadi penting di sini. Seperti perpustakaan yang perlu ditata rapi dan terencana. Buku-buku perlu ditata pada direktori-direktorinya. Kita/ saya cukup memikirkan apa yang bisa dan memungkinkan untuk saya lakukan. Yang di luar kendali saya kita lepaskan.

        Cara kerja pikiran hanya bisa memproses satu saja pekerjaan dalam satu waktu. Jadi kita mengeksekusinya satu per satu. Itu bisa menghemat ruang / kapasistas berpikir kita dan mempercepat prosesor pikiran kita bekerja. Jangan sampai ruangan pikiran kita penuh dan sesak, juga jangan sampai ada pikiran yang kotor karena itu hanya akan memperkeruh dan menjadi sampah pikiran. Pikiran adalah aset berharga, makanya jangan disiksa-siksa apalagi melakukan pekerjaan di luar batas kapasitasnya. Beruntung resikonya hanya sakit kepala, tidak sampai kecelakaan berfikir yang fatal.

        Dalam menjalankan aktivitaspun lakukan satu-satu agar aktivitas dan karya yang dihasilkan menjadi sempurna. Seperti yang terkandung dalam Al-Quran, “ lakukan satu pekerjaan dahulu, baru kerjakan dengan sempurna pekerjaan yang lain.” Dengan begitu, hasil dan kepuasannya pun bisa optimal. Kita juga perlu menyadari setiap aktivitas yang kita lakukan agar bernilai tinggi, tidak hanya sebatas rutinitas biasa. Caranya dengan menyadari nafas dan lakukan dengan ketenangan, dengan suasana meditasi, dan dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan.

        Ucap syukur merupakan tanda kesadaran eksistensi tingkat tinggi baik bisa dilaksanakan ketika kita mau memulai kegiatan, ketika kita sedang menyadari sedang menjalani kegiatan, atau setelah selesai kegiatan dan mau menutup kegiatan. Kesadaran akan rasa syukur itu menjadikan kebahagiaan kita tumbuh berlipat-lipat. Membuka dengan doa, menjalani dengan khusyuk, dan menutup dengan doa dan ucap syukur merupakan suatu anugerah diberi kesadaran dan kebahagiaan agar aktivitas kita berbobot dan punya makna yang tinggi.

        Jika kita terjatuh pada aktivitas kemalasan yang kurang baik lagi, maka tinggal bangun dan melanjutkan apa yang sudah kita mulai. Jika kita sudah melakukannya, namun merasa tidak bahagia. Coba koreksi gairah dan niatan kita dalam menjalaninya. Sudah lurus kah niatnya, sudah persis sama dengan niat awal atau terjadi penyimpangan. Pancangkan niat setinggi-tingginya karena Alloh, dan tanamkan dalam sanubari hati kita agar dianugerahi kebahagiaan olehNya.

        Feedback dari membedah Kejatuhan Waktu ini, kita menjadi punya waktu-waktu berharga untuk diri kita, untuk keluarga kita, dan waktu yang berkualitas untuk menyambut teman-teman kita. Jika dalam hidup ini kita merasa kesusahan, merasa kesempitan dan sesak dalam menjalani hidup, maka berdoalah minta kelonggaran dan kelapangan hati. Jika hidup kita seakan tidak punya waktu longgar lagi, maka berdoalah pada Tuhan agar diberi waktu tambahan. Waktu yang berharga, berkualitas. Karena dengan waktu tambahan yang diberikan itu, kita dapat mengeksekusi keluhuran-keluhuran yang ingin kita jalankan. Berdoalah pada Tuhan agar diberi usia yang panjang, agar dengan umur kita yang panjang itu, kita dapat memperbanyak amal kebaikan.

        Nanti di alam kubur kita akan menyesal dan bersedih mendayu-dayu kenapa amal kita di dunia hanya sedikit. Kita ingin minta dihidupkan lagi agar bisa bersedekah dan beramal sholih dan menyesali perbuatan kita. Saat itu rengekan-rengekan kita tak ada artinya lagi. Mari kita coba tarik penyesalan itu di masa sekarang saja saat kita masih diberi nafas kehidupan, saat kita masih punya kesempatan. Menyesalah sekarang jika amal perbuatan yang kita torehkan masih sedikit. Kita gunakan waktu yang kita punya untuk memperbaiki diri. Supaya besok ketika kematian menjemput, kita sudah bermental baja menerima takdir yang terjadi. Puas dengan takdir yang terjadi pada diri kita, Dan bahagia menjemput kematian !


        Ditulis 12 November 2022

 

 

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh klosfoto. Diberdayakan oleh Blogger.